BUNYI TOKEK
Senutan gigi meradang,
berdesahan di setiap tarikan napas,
di setiap terpaan gelombang laut provinsi seribu pulau
menghantam lambung bahtera.
Dan …
di deru burung besi membelah mega mendung,
sakit gigi lebih merangsek benak,
ketimbang pidato gombal sang raja bermahkota untaian intan,
hasil curian dari penambang bumi Borneo.
Sang raja tampil berbusana baru, bercelana dalam lama.
Bisakah bujuk rayu gombal mengelabui rakyat yang sakit gigi?
Masih percayakah kau, sang raja?
Wahai, rakyat yang sakit gigi!
Percayakah Anda celoteh beo dari sangkar emas?
Percayakah Anda data soal rakyat ilalang sabana?
Percayakah Anda tangisan pendekar jarahan,
yang tak lagi memimpin pasukan muda ke medan laga?
Percayakah Anda senyum sumringah pendekar,
pemenang lomba menjilat pantat sang raja?
Percayakah Anda kicauan burung di jelaga dahan tercemar?
Percayakah Anda tangisan pendekar pembela kaum tani,
tengadah memaksa langit mencurahkan hujan?
Percayakah Anda elang pemangsa anak ayam,
pengais remah-remah raskin?
Masih percayakah Anda janji sang raja dan para punggawa?
Percaya – tak percaya – percaya – tak percaya – ….
To-kek – to-kek – to-kek – to-kek – ….
S.Belen
Veranda pondok Jatibening
24 Oktober 2009