Petani di kampung dan desa sudah tahu bahwa batang pohon mangga perlu disayat atau dibacok. Nah, sesudah itu ia akan berbuah banyak.
Mengapa pohon mangga berbuah banyak setelah batangnya dibacok?
Berbuah banyak setelah disiksa?
Batang pohon nangka pun perlu dibacok baru pohon itu menghasilkan banyak buah?
Di Pulau Belitung petani biasa membacak-bacok batang pohon nangka, sambil mengancam: “Awas kau, kalau tidak berbuah kutebang kau!” Kemudian, pohon nangka yang “ketakutan” itu berbuah banyak.
Mengapa? Penjelasan ilmiah yang saya baca, bahwa dengan demikian batang pohon itu tidak menguras zat makanan. Zat makanan lebih terfokus ke bunga yang kemudian menghasilkan buah. Penjelasan ini belum masuk akal. Bukankah tubuh yang terluka membutuhkan lebih banyak zat makanan untuk memulihkan lukanya? Begitulah cara pikir sederhana orang yang tak ahli.
Apa gunanya pohon mangga atau pohon nangka yang subur dan berdaun rimbun tetapi tidak berbuah? Apa gunanya manusia yang tumbuh sehat, berbadan tegap atau montok tetapi tak menghasilkan karya apa pun yang berguna bagi sesama? Pengamatan sehari-hari menunjukkan, bahwa orang yang tabah merasakan kesulitan, menghadapi masalah, mengalami tantangan, dan berkali-kali mendapatkan cobaan, dan bahkan sering gagal akan menghasilkan banyak “buah” dalam pekerjaan dan kehidupannya.
Sumber foto:
- myth.httptipis.web.idwp-contentuploads200801myth.jpg
- MangoTree-02.httpwww.paradisegardensflorida.comimagesMangoTree-02.jpg
- mangos_on_tree.images.google.co.id
- s8001504.httpriskaworld.comwp-contentuploads200808s8001504.jpg